Timnas Indonesia Perlu Wisata Religi Ke “Makam Rangga Masang” Jawara Sepakbola Besi Abad 16

| 𝕿𝖊𝖗𝖎𝖒𝖆𝖐𝖆𝖘𝖎𝖍 𝕵𝖆𝖉𝖎 𝕻𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆 𝕾𝖊𝖙𝖎𝖆.

Klik Gambar

Lampung Timur-Halopaginews.com- Impian dan harapan seluruh rakyat Indonesia terhadap Timnas Indonesia agar dapat menjadi juara piala dunia telah pupus.

Agar impian dan harapan itu bisa tercapai di masa mendatang, sepertinya pemain timnas Indonesia perlu melakukan ziarah ke makam Rangga Masang sang jawara sepakbola besi pada abad ke 16 di Lampung.

Lokasi makam Rangga Masang berada di daerah yang sama dengan situs megalitik Batu Bedil, yang juga merupakan cagar budaya di Propinsi Lampung dengan nama lokasi “Makam Rangga Masang”.

Rangga Massang merupakan legendaris pemain sepakbola besi sebagai jawara asli Lampung Buai Selagai yang mengalahkan jawara sepakbola asal Banten pada tahun 1600 Masehi atau abad ke 16 silam.

Rupanya penulis sepemikiran dengan Tabrani Hasyim pengagum sepakbola Timas Indonesia selaku Putra Asli Lampung Buai Selagai Lingga yang berdomisili di Kota Metro Propinsi Lampung dan menjabat Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Timur.

Ia menyarankan agar menjadi juara dunia setidaknya pemain Timnas Indonesia melakukan wisata religi ziarah ke makam Rangga Masang bila perlu didampingi oleh Erik Tohir Menteri Olahraga Republik Indonesia.

“Setidaknya mereka itu ziarah dulu ke makam nenek moyang kita Rangga Massang supaya jadi juara dunia, bila perlu didampingi oleh pak Erik Tohir Menteri Olahraga, nanti kita dampingi,” kata Tabrani Hasyim pada Minggu, 12 Oktober 2025 jam 10.57 WIB.

Ia mengirimkan lokasi Makam Rangga Masang nenek moyangnya yang beralamat di Dusun Gedung Ratu Desa Gedung Ratu Kecamatan Anak Ratu Aji Kabupaten Lampung Tengah.

“Keramat Umpu Tuyuk (Nenek Moyang) di Gedung Ratu Desa Gedung Ratu Kec. Anak Ratu Aji Lampung Tengah,” jelas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Timur itu.

Sejarah olahraga sepakbola mulai dikenal pada masa Dinasti Han di Negeri China sejak abad ke-2 dan ke-3 sebelum Masehi. Masyarakat China sudah menggiring bola kulit dengan menendang ke gawang berbentuk jaring kecil yang disebut permainan Tsu Chu, dikutip dari Kemdikbud.

Sedangkan sejarah olahraga sepakbola berkembang di Indonesia ketika berada dibawah kekuasaan Kolonial Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1914. Persatuan sepakbola pertama di Indonesia dibentuk pada tahun 1930 diberi nama Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI dibentuk pada tahun 1930 atau abad ke 20, mengutip planetsports.asia.

Sebelumnya, sejarah olahraga sepakbola di Nusantara berkembang jauh sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya di Banten era Kerajaan Islam Kesultanan Banten pada tahun 1600 atau abad ke 16 Masehi.

Tak tanggung-tanggung, untuk menguji kesaktian para pendekar dikala itu, para Jawara Banten mengajak bermain bola besi menantang Jawara asli Lampung Buai Selagai.

Inilah kisah tentang Rangga Massang sang jawara asli putra daerah berawal dari meriwayatkan Negeri Katon dalam bahasa Jawa “Katon” = “Kelihatan” berarti Negeri Kelihatan sebagai contoh Gunung Katon di Tulang Bawang artinya Gunung Kelihatan tidak terlepas Negeri Katon berarti meriwayatkan nenek moyang; masyarakat Adat Lampung Selagai Lingga yang terdiri dari Kampung Tanjung Ratu, Negeri Katon dan Negeri Agung sebagai kampung yang terhulu mengikuti aliran sungai Way Pengubuan, dikutip dari laman arkeologilampung.blogspot.com.

Selain Kampung Tanjung Ratu, Negeri Katon dan Negeri Agung terdapat Kampung Gedung Harta sebagai Kampung tertua masyarakat Adat Lampung Selagai Lingga berdasarkan keterangan seorang asli Lampung Selagai Lingga bernama Tabrani Hasyim selaku Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Timur sebagai asli putra Selagai Lingga pada Minggu, 12 Oktober 2025.

Baca Juga :  Relawan se-Provinsi Riau Gaungkan Joom Kite Besame Pak Jokowi 2024.

Selagai Lingga sebagai salah satu pembentuk unsur Abung Siwo Migo, Pubian Telu Suku dengan Panggeh Selagai berbunyi. “Rimas sakou ngeberan, lem Abung Siwo Migou, Batten lagi Rasuan, You sangon menou Sibou”, dan Abung Siwo Migo terdiri dari Marga Nunyai Glr. Minak Trio Diso, Marga Unyi, Marga Subing, Marga Nuban, Marga Buay Bulan (kedudukannya diganti Buay Nyerupa); Marga Beliyuk, Marga Selagai, Marga Buay Kunang dan Marga Anak Tuha, sedangkan Lampung beradat Pepadun, yaitu Abung Siwo Migo, Pubian Telu Suku, Way Kanan, Sungkai dan Tulang Bawang.

Penyebaran nenek Moyang dari Sekalou Beghak Pesagi (Kenali) nenek moyang mendapat “Samang” (monyet Siamang) dijadikan Bekasem yang dapat dibuka setelah unsur dari Sekalou Beghak keturunannya menyatu kembali, kemudian mendapat “Kura-kura”, Kura-kura tulangnya dijadikan kentongan, yang memukul kentongan lebih dulu Buay Anak Tuha sebagai pertanda meninggalkan Sekalou Beghak, kemudian menyusul Buay Selagai menempati aliran sungai Way Pengubuan.

Diperkirakan tahun 1350 Masehi terdapat nama poyang yaitu “RANGGA MASANG” bermukim di Gedong Ratu dan Tanjung Langit sebelah hilir Kampung Selagai sekarang menyatu dengan Buay Marga Beliyuk (Tanjung Ratu dan Banjar Ratu Belambangan) generasi selanjutnya dari Rangga Masang terdiri dari tiga keturunan.

1. RIO SIDANG PENATU (Menurunkan masyarakat Tanjung Ratu Selagai).
2. RIO NGEMULA JADI (Menurunkan masyarakat Negeri Katon).
3. RIO SIDANG PENATIH (Menurunkan masyarakat Negeri Agung).

Di tahun 1500-an Masehi keturunan Rangga Masang meninggalkan Gedong Ratu dan Tanjung Langit pindah mendekatkan diri dengan Buay Kunang di Way Rarem Pekurun mendirikan pemukiman antara Way Galing dan Way Kelawas, yaitu Gedong Raja Pekurun Buay Selagai Dendeng.

Dalam abad ke 16 Kerajaan Islam Kesultanan Banten, nama Rangga Masang muncul kembali. Banten pernah mengajak bertanding main bola besi (bola Gassou) melawan Selagai, melalui pelabuhan Meringgai menuju ke Banten dibawah Pimpinan Rangga Masang, Suttan Jimat Tuha dan Minak Becil.

Pertandingan dilangsungkan di Kerajaan Kesultanan Banten, kemenangan ada di pihak Selagai, kemenangan itu karena bola besi yang ditendang oleh Rangga Masang melambung tinggi, setelah diukur oleh Sultan Banten bola besi yang jatuh kedalamannya mencapai sedalam 2,000-an meter.

Kemenangan Selagai mengakibatkan Sultan Banten bermaksud menukar separo wilayah Kerajaan Banten dengan Rangga Masang, namun oleh Rangga Masang tawaran Sultan Banten ditolak karena tak ingin kehilangan Selagai Lingga dan Makam Rangga Masang diperkirakan adanya di wilayah kantor Irigasi Way Pengubuan yang disebut TALANG KERAMAT, di sebelah udik Gunung Karto Sano Cabang Empat, sebagai satu gunung pemukiman asal Bandar Putih Way Kunang Buay Marga Beliyuk.

Meluasnya pengaruh Banten ke Lampung nenek moyang Selagai berangkat Sibou menghadap Raja Banten melalui Kuala Way Seputih, sekembalinya dari Banten mendapat berbagai peralatan Adat salah satunya Lawang Kuri, yang terdapat di Gedong Wani antara Way Sekampung dan Way Gerem Lampung Timur.

Baca Juga :  Pastikan Kesiapan Pemilu 2024, Kapolres Lamtim Melaksanakan Pengecekan Gudang Logistik Pemilu

Peralatan Adat dari Banten berada di Gedong Wani, karena peralatan Adat dibawa oleh nenek moyang Gedong Wani yang mendapat Gelar Raden Cakra Dinata, kembali ke Lampung tidak memasuki aliran Way Seputih, sedangkan yang tua dari Buay Selagai tetap kembali memasuki Kuala Way Seputih yang menetap di hulu Way Pengubuan, ketika itu pemukiman dipindahkan dari Gedongraja Pekurun menjadi Tanjung Ratu, Negeri Katon dan Negeri Agung, juga dapat diduga dari pihak Banten bermukim di Buay Selagai di sekitar Gunung Ayak hulu Way Kapuan.

Pemukiman Tanjung Ratu, Negeri Katon dan Negeri Agung semula sebelah hulu dari tempat yang sekarang atau sebelah hulu Dam Irigasi Way Pengubuan, diperkirakan tahun 1700 M saat itu hidup seorang nama Ratu Sandaran Bumi di Tanjung Ratu Selagai sebagai moyang yang berasal dari aliran Way Tulangbawang dan Makam Ratu Sandaran Bumi tidak ada di wilayah Selagai, mungkin kembali ke wilayah Tulangbawang karena di hulu Way Pengubuan dan Way Seputih maupun Way Cappang Kanan dan Cappang Kiri (Hulu Way Rarem) kegiatan sehari-harinya berburu Badak dan menangkap Ayam Hutan, saat itu pula pasukan Bugis masuk akan menyerang Kampung-kampung di sepanjang Way Pengubuan ke hulu.

Kerajaan Banten, atau Kesultanan Banten, merupakan kerajaan Islam yang pernah berjaya di ujung barat Pulau Jawa. Didirikan pada abad ke-16, kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa dan menjadi salah satu pusat perdagangan maritim terkuat di Asia Tenggara, dilansir dari fahum.umsu.ac.id.

Kesultanan Banten didirikan oleh Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, pada tahun 1526. Berkat dukungan para ulama dan rakyat, Banten berkembang pesat menjadi kerajaan maritim yang makmur.

Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683), Banten mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan ini menjalin hubungan perdagangan dengan berbagai negara di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Eropa. Banten juga menjadi pusat penyebaran Islam di Pulau Jawa.

Meskipun kuat, Kesultanan Banten harus menghadapi perlawanan dari VOC, kongsi dagang Belanda yang ingin menguasai perdagangan di Nusantara. Pertempuran sengit terjadi antara Banten dan VOC, dengan Sultan Ageng Tirtayasa memimpin perlawanan.

Raja-raja Kerajaan Banten :

1. Sultan Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin (1552-1570)

2. Sultan Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan (1570-1585)

3.Sultan Maulana Muhammad (1585-1596)

4. Pangeran Ratu (1596-1647)

5. Sultan Abu al-Ma’li Ahmad (1647-1651)

6. Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah (1651-1682)

7. Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar (1683-1687)

8. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya (1687-1690)

9. Sultan Abdul Mahasin Muhammad Zainul Abidin (1690-1733)

10. Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin (1733-1747)

11. Ratu Syarifah Fatimah (1747-1750)

12. Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri (1753-1773)

13. Sultan Abul Mafakir Muhammad Aliudin (1773-1799)

14. Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1799-1803)

15. Sultan Abul Bashar Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin (1803-1808)

16. Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1809-1813).

Photo Komplek Makam Keramat Situs Gedong Ratu bersumber dari artikel arkeologlampung.blogspot/2013/05/megalitik.lampung. (ROPIAN KUNANG)

Dilaporkan oleh : Redaksi Umum