Klik Gambar
Lampung Timur-Halopaginews.com- Hari Santri Nasional merupakan momen yang sangat penting bagi kita untuk menghargai dan merefleksikan peran para santri dalam pembangunan bangsa.
Seiring dengan sejarah yang panjang dan kontribusi yang signifikan, santri telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan bangsa Indonesia.
Sayangnya, momen bersejarah ini sering kali disalahgunakan sebagai ajang untuk kepentingan politik praktis, seperti yang terjadi dalam konteks Pilkada Lampung Timur saat ini.
Penting untuk diingat bahwa Hari Santri seharusnya menjadi waktu untuk merenungkan nilai-nilai kebangsaan yang diajarkan oleh para santri: persatuan, toleransi, dan saling menghargai.
Memanfaatkan kesempatan ini untuk kampanye politik merupakan langkah yang kurang bijak dan tentu saja dapat merusak makna asli Hari Santri.
Saat atribut Hari Santri dipergunakan untuk kepentingan politik, kita berisiko menciptakan polarisasi di tengah masyarakat, terutama di kalangan santri dan komunitas yang memiliki pandangan politik berbeda.
Hal ini sangat berbahaya sebab dapat menyebabkan konflik sosial yang tidak perlu, yang pada akhirnya akan mengaburkan nilai-nilai luhur yang selama ini dijunjung tinggi oleh para santri.
Para penyelenggara Pilkada dan kandidat seharusnya lebih cermat dan bijak dalam menggunakan momentum Hari Santri.
Alih-alih menjadikannya sebagai alat kampanye, lebih baik jika para kandidat menunjukkan komitmen mereka untuk mendukung pendidikan pesantren dan berkontribusi positif bagi perkembangan masyarakat tanpa harus menjadikannya sebagai alat untuk meraih dukungan politik.
Sebagai penutup, mari kita jaga kesucian Hari Santri dengan fokus kepada esensi perayaan ini.
Mari kita hargai jasa dan kontribusi yang telah diberikan oleh para santri kepada bangsa dan negara kita.
Politik Pilkada harus dijalankan dengan cara-cara yang lebih etis dan terhormat, tanpa harus memanfaatkan momen-momen sakral seperti Hari Santri.
Dengan demikian, kita tidak hanya mempertahankan makna Hari Santri, tetapi juga membangun solidaritas dan persatuan di tengah keragaman yang ada.
Narasumber: Kemas Hasan (*)