Klik Gambar
Jakarta,halopaginews.com
Pelantikan dan Rakernas Asosiasi Pemerintahan Daerah dan Pesisir Seluruh Indonesia (Aspeksindo), yang digelar selama dua hari di Hotel Discovery Taman Impian Jaya Ancor, Jakarta Utara, menjadi ajang pertemuan tersendiri bagi para bupati dan wali kota dari daerah kepulauan dan pesisir, seluruh Indonesia.
Acara dibuka langsung secara online oleh Wakil Presiden RI Bapak Ma’aruf Amin, dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan Ir Sakti Wahyu Trenggono, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketum Aspeksindo Dr Andi Harun, Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksmana TNI Yudo Margono, Kapolri yang diwakili Brigjen Pol Agus Pranoto, Dubes Niko Barito, Ketua Dewan Pakar Prof Dr Rohmin Dahuri, Sekjen dan Bendahara Aspeksindo, para Bupati dan Wali Kota, Ketua Dewan Pembina Aspeksindo, dan jajaran pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi seluruh Indonesia.
Mengusung tema “Kolaborasi Memajukan Indonesia Dari Pinggiran”, Ketua Umum Aspeksindo Dr. H. Andi Harun, S.T., S.H., M.Si, mengatakan, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki posisi geografis yang sangat strategis. Jumlah pulau di Indonesia yang resmi tercatat 16.056 pulau. Garis pantai Indonesia sepanjang 99.093 km persegi. Luas laut Indonesia 75,7 pers.
Salah satu daerah di Indonesia bagian timur yang terpantau pesat perkembangan pembangunannya adalah Kota Tual dibawah kepemimpinan Wali Kota H. Adam Rahayaan, S.Ag., M.Si, sejak 2016.
Pada Rakernas dan Pelantikan Pengurus Aspektindo ini, Adam Rahayaan dipilih sebagai koordinator wilyah Aspektindo 7, yang mencakup bupati dan wali kota di Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Tugasnya melihat dan menggali serta memajukan wilayah-wilayah kebupaten/kota kepulauan dan pesisir untuk kesejahteraan masyarakat.
Menjadi komitmen H. Adam Rahayaan setelah menjadi koordinator wilayah 7 Aspeksindo untuk sama-sama mencari solusi memajukan kota dan daerah-daerah yang tergabung di dalamnya, baik dari aspek pelayanan dasar maupun pengembangan pembangun yang perlu pemberdayaan masyarakat pesisir.
Kota Tual merupakan kota kepulauan (city of small islands) yang terdiri dari gugusan pulau -pulau kecil dan besar, yang terdiri dari 66 pulau, 13 pulau diantaranya berpenghuni, dan sisanya belum berpenghuni.
Potensi sumber daya laut tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga strategis di dalam penyediaan bahan pangan dan protein dari laut. Dukungan sumber daya alam juga sangat melimpah, yang mestinya bisa memberikan kesejahteraan lebih berlipat-lipat.
Kota Tual memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan yang melimpah. Kondisi pulau-pulau kecil dan pesisir yang indah permai karena dikelilingi pasir putih.
Salah satu destinasi teranyar di Kota Tual adalah tempat wisata Pulau Baer, yang mirip dengan Raja 4 Sorong, Papua. Baer menjadi magnet tersendiri, yang mampu menarik turis manca negara, selain obyek wisata Pasir Panjang di Desa Ngilngof yang sudah lama terkenal sebagai pantai dengan pasir sehalus tepung. Pulau-pulau yang ada di Dullah ikut mewujudkan kesan Kei sebagai Surga Tersembunyi.
Sebagai daerah maritim tentunya Tual mengutamakan transportasi laut agar terhubung pergerakan barang dan jasa antar pulau-pulau di wilayahnya.
Luas Wilayah Kota Tual 19.088,29 Km² terdiri dari luas daratan 352,66 Km² (1,33 %) dan luas lautan 18.736 Km² (98,67%). Selain memiliki sumber daya alam yang banyak, daerah kepulauan dan pesisir sedang menghadapi masalah global yang bernama perubahan iklim.
Sebagaimana selalu diingatkan oleh Konferensi Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) bahwa negara-negara kepulauan paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti naiknya permukaan laut yang menyebabkan tenggelamnya pulau-pulau kecil serta pelbagai bencana hidrometeorologis, maka wajar saja bila mitigasi bencana perlu mendapatkan perhatian pemerintah daerah pesisir dan kepulauan.
(Luckysun)