Klik Gambar
Lampung Timur-Halopaginews.com- Zakaria (50) warga Desa Muara Jaya Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur seorang petani yang selamat dari ganasnya serangan hama gajah liar penghuni hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Kabupaten Lampung Timur.
Peristiwa itu terjadi ketika dirinya diminta oleh Budiono (59) eks anggota Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) II membantu petani warga Desa Tambah Dadi Kecamatan Purbolinggo Kabupaten setempat untuk menghalau gajah liar yang memasuki lahan pertanian.
Antara Desa Muara Jaya Kecamatan Sukadana dan Desa Tambah Dadi Kecamatan Purbolinggo Kabupaten merupakan tetangga Desa yang sama-sama berstatus sebagai penyangga hutan TNWK Lamtim.
“Ceritanya, orang Tambah Dadi menghalau gajah tapi nggak mampu, saya nelpon Jaka karena butuh sinar lasernya. Kalau nggak pake sinar laser gajah nggak bergeser dari lahan padi setengah hektar yang hampir habis,” tutur Budiono.
“Sesampai di lokasi pak Jaka langsung hidup pin senter baterai gajah memakai sinar laser, lalu gajah-gajah itu berhamburan lari ke pinggir sungai mau nyeberang ke hutan (TNWK),” kata eks anggota PILI II itu.
“Saya ngasih tau pak Jaka, hati-hati disitu ada tanggul, saya menuju ke sungai kecil melihat gajah nyeberang atau nggak, saya cek nggak ada yang nyeberang,” terang Budi panggilan keseharian Budiono.
“Nggak lama kemudian sekitar sepuluh menit, gajah itu teriak kayaknya ngejar pak Jaka, terus saya ngejar gajah arah suara gajah, rupanya pak Jaka jatuh karena kakinya ke serempet rumput,” jelas Budi warga Desa Tegal Ombo Kecamatan Way Bungur Kabupaten setempat.
“Saya ngejar gajah itu jarak berdekatan dengan pak Jaka, abis itu dia (gajah) muter nendang kaki pak Jaka sampai tiga kali,” urainya.
“Saat itu saya nggak bisa bergerak kayak terkesima, setelah belalai gajah keliatan mau ngambil badan pak Jaka, saya lempar pake baterai kepalanya, gajah itu lari, terus nengok ke arah saya akhirnya gajah bablas (pergi),” imbuhnya.
“Pak Jaka mau saya angkat, tapi kata pak Jaka jangan, saya nggak apa-apa, dia berdiri lalu berjalan sekitar lima puluh meter duduk istirahat,” paparnya.
“Setelah itu pak Jaka berdiri, kakinya terasa berat dan saya tarik, saya tanya gimana pak Jaka udah bisa jalan nggak, bisa katanya, udah itu saya ngejar gajah yang satunya nanti bahaya,” pungkasnya.
Dilain pihak, Zakaria selaku korban yang selamat menceritakan peristiwa yang dialaminya pada Jum’at, 15 Maret 2024 sekitar pukul 22.00 WIB dinihari itu.
Bermula, saat Zakaria sedang menjaga tanaman ubi kayu atau singkongnya di Desa Muara Jaya berbatasan langsung dengan hutan TNWK Lampung Timur.
“Tadi malam saya jaga gajah di lahan saya, tiba-tiba di bel (telpon) oleh pak Budi yang mohon bantuan di Tambah Dadi ada gajah yang nggak bisa di halau. Pak Budi itu anggota PILI dari TNWK sering bantu, karena saya punya laser jadi dia minta bantuan saya,” ungkap Zakaria memulai ceritanya kemarin petang pada Sabtu, 16 Maret 2024 pukul 17.23 WIB.
“Waktu saya datang gajah ada 12 ekor langsung saya halau, hilang, awalnya gajah itu nantang masyarakat, ketika disenter pake laser langsung memutar balik turun. Setelah dihitung yang turun cuma 11 ekor dan yang 1 hilang, ketika sedang dicari nggak taunya gajah dibelakang saya rupanya sembunyi di rumput gelagah,” papar Jaka panggilan keseharian Zakaria.
“Saya lari sekitar 20 meteran saya jatuh keserempet padi, saya bangun lari lagi keserempet dan akhirnya jatuh lagi, tiba-tiba gajah sudah disamping saya. “Alhamdulillah saya ingat pesan petugas TNWK, kalau kepergok gajah kita pura-pura mati,” urainya.
“Pertama, betis kaki kanan ditendang sampe muter badan saya, tendangan kedua ke paha, tendangan ketiga di pantat deket pinggang, semua sebelah kanan karena posisi saya itu miring pura-pura matinya ke sebelah kiri,” cetusnya.
“Ketika kena tendangan dekat pinggang terasa sakit mata saya melek, waktu melihat keatas kaki gajah mau nginjek perut saya, reflek berbalik arah miring ke kanan, kaki gajah nyerempet pantat saya langsung menginjak tanah,” ucapnya.
“Gajah itu makai belalainya cari muka mau nyedot mulut tapi saya tangkis, banyak yang liat tapi nggak ada yang berani nolong karena takut. Saat saya tangkis disitu gajah tau kalau saya masih hidup. Gajah itu garuk tanah mau menginjak perut bagian pinggang mau dililit pake belalainya,” ujarnya.
“Dari jarak 5 meter pak Budi ngeliat saya mau dililit, dilempar pakai baterai tepat di kepala gajah. Gajah kesakitan nengok ke arah pak Budi, saya berguling nggak berdiri karena takut dililit pake belalainya, saya berguling, gajah ngejar pak Budi, pak Budi berlari berbalik membentak gajah akhirnya kabur,” katanya.
Ketika terjadi peristiwa menghalau gajah di Desa Tambah Dadi, seorang Petugas Polisi Kehutanan (Polhut) tidak ada yang hadir memberikan bantuan.
“Orang Polhut itu nggak ada yang hadir,” pungkas Zakaria.
Belum diperoleh keterangan resmi dari Supri selaku Komandan Polisi Kehutanan (Polhut) Lampung Timur menyikapi peristiwa itu, permintaan keterangan melalui pesan suara tidak ditanggapi.
Sebelumnya, peristiwa serupa juga pernah dialami oleh seorang pemuda warga Desa Taman Fajar (Pedukuhan) Kecamatan Purbolinggo Kabupaten setempat beberapa tahun lalu.
Saat dirinya menjaga tanaman kepergok gajah liar dari hutan TNWK Lamtim, ia tertelungkup berpura-pura mati, akhirnya kepalanya ditendang gajah sebanyak satu kali.
Beruntung tendangan gajah itu tidak begitu kuat, pemuda itu selamat hanya mengalami memar, sementara terdapat sejumlah petani yang menemui ajal akibat ganasnya serangan gajah. (Ropian)